Mengalami Persiapan Makassar Biennale 2023

Makassarnolkm.id

Sebagai ajang penciptaan peristiwa, forum, dialog, dan kerja kebudayaan berskala internasional yang dihelat tiap dua tahun sejak 2015. Sebagaimana sebuah biennale, seni rupa juga menjadi penggerak utamanya. Meski demikian, sejak mula, Makassar Biennale (MB) telah menetapkan ‘Maritim’ sebagai tema abadinya. Tahun ini telah memasuki perhelatan kelima dan, MB senantiasa bergerak melebarkan jaringan ke sejumlah kawasan jaringan di Indonesia bagian timur.

Sejak September 2022 lalu tim kerja lima kota di tiga provinsi sudah bergerak merampungkan penelitian di masing-masing kota yang menjadi Pre Event Makassar Biennale 2023 (MB 2023). Di Sulawesi Selatan terdapat tiga kota, yakni Makassar, Pangkep, dan Parepare, di Nusa Tenggara Timur (NTT) jaringan kerja berlabuh di Labuan Bajo, dan di Papua Tengah berlangsung di Nabire.

Koordinasi kerja antar tim beda kota dilakukan secara daring dan luring. Terhitung pada Juni 2022 dilakukan Lokakarya Kuratorial bagi lima tim kerja di Pangkep dan Desember pada tahun yang sama, tim kerja lima kota kembali berjumpa dalam penguatan melalui Tata Kelola Manajemen yang selanjutnya di masing-masing kota menggelar Focus Group Discussion (FGD) menyasar segmen pemerintah, seniman-pelajar, dan calon mitra.

“Metode itu sebagai bentuk kemandirian kolaborator dalam mendiseminasikan MB kepada multi segmen di tiap kota untuk mendapatkan masukan dan peluang kolaborasi pelaksanaan MB di daerah masing-masing,” urai Anwar Jimpe Rachman, Direktur Makassar Biennale.

Mengingat jarak wilayah antar tim kerja berjauhan, jalan ninja berupa pertemuan di dunia maya menjadi agenda rutin dilakukan untuk saling mengabarkan dan bertukar gagasan mengenai persiapan yang sedang direncanakan.
Saat ini menantikan perampungan penelitian tim kerja lima kota terkait isu lokal di masing-masing wilayah untuk diterbitkan menjadi buku. Jimpe menyampaikan jika perkembangan penelitian sudah tahap penyuntingan. “Rencananya nanti MB akan meluncurkan buku itu di tiap kota,” ungkapnya yang disampaikan pada dalam rapat persiapan MB 2023 pada Minggu, (29/1).

Dalam rapat itu juga hadir tim kerja tiga kota: Makassar, Pangkep, dan Parepare. Sedangkan Labuan Bajo dan Nabire akan dijadwalkan melalui rapat daring. Sepanjang rapat selama kurang lebih lima jam yang berlangsung di Warkop Deal di Jalan Bontolempangan, Makassar itu selain pemaparan rencana kerja MB 2023 oleh Jimpe,juga saling mengenalkan kembali tim kerja guna membangun kekerabatan serta mengabarkan perkembangan persiapan di masing-masing kota.

Dari Magang ke Skripsi

Tiap orang yang hadir diberi waktu berbicara mengungkapkan pengalaman dan proses keterlibatannya dalam MB. “Saya mengenal MB lebih jauh setelah terlibat magang di tahun 2021 dengan tugas mendampingi seniman yang sedang residensi,” tukas Gufran. Proses pendampingan yang dijalani berupa pendokumentasian berupa foto dan penulisan selama si seniman melakukan residensi.

Senada dengan itu, Ihklas dan sederet nama yang lain juga mendaftar magang untuk menjadi kontributor penulisan, fotografer, videografer, designer grafis. Total ada 14 pemagang yang terlibat di Makassar. Tim kerja Parepare untuk MB 2021 juga membuka program magang agar generasi muda di Parepare turut ambil bagian di dalamnya.

Dari banyak paparan terungkap jika proses keterlibatan di MB bermula dari proses magang. Selain Gufran dan Ikhlas, ada juga Aziziah Diah Aprilya, akrab disapa Zizi, saat ia masih kuliahdi FISIP Universitas Hasanuddin (UNHAS) jurusan Ilmu Komunikasi, ia menginjakkan kakinya di halaman Kampung Buku, sepetak rumah di kompleks CV Dewi yang dihuni Jimpe dan keluarga, yang juga berfungsi sebagai toko buku dan tentu saja kantor bersama Makassar Biennale dan Tanahindie ketika terlibat magang pada MB 2017.

Bermula dari magang itu juga, ia akhirnya menulis skripsi tentang Makassar Biennale. “Oh, ternyata bisa ji saya nulis skripsi di luar kebanyakan jenis skripsi yang ditulis mahasiswa Ilmu Komunikasi,” ungkapnya. Skripsi yang dituliskan itu bertajuk Pesan-Pesan Maritim dalam Makassar Biennale 2019.Kini, Zizi memegang peran sebagai tim Publikasi dan Dokumentasi di MB 2023.

Langkah Zizi menulis skripsi yang mengupas MB juga diikuti Regina Meicieza Sweetly, alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNHAS pada 2022 ini terlibat di MB dimulai dengan lokakarya penulisan Memo Dapuryang digelar Tanahindie pada awal 2020. Bermula dari situlah, Regina kemudian terlibat dalam penelitian Menghambur Menyigi Sekapur Sirih yang merupakan program Pre Event MB 2021. 

“Setelah pre event, ditawari menjadi tim kerja Makassar Biennale 2021 menguruskeuangan sembari menyelesaikan skripsi yang juga tentang manajemen keuangan,” ungkapnya melalui percakapan WhatsApp karena tidak sempat mengikuti rapat persiapan MB 2023. Tepatnya pada Agustus 2022 Regina akhirnya merampungkan skripsinya berjudul Membangun Akuntabilitas Lembaga Swadaya Masyarakat di Indonesia Timur (Studi Kasus Lembaga Tanahindie dalam Program Pre-Event Makassar Biennale 2020). Skripsi itu kemudian disidangkan pada Oktober 2022 dan dinyatakan lulus dengan nilai A (sangat memuaskan). 

Cara Lain Mengalami

Mengalami MB dari cerita mahasiswa magang berbeda dari tim kerja jaringan kota. Syahrani Said dan Soraya dari Parepare, berjarak sekitar 152 km di sisi utara kota Makassar memulainya pada 2019 dari temannya bernama Ian. Dari Rani, sapaannya, lalu mengajak Aya, panggilan Soraya untuk ikut bergabung dalam tim kerja Parepare.

“Saya heran mengapa memasak jadi kesenian,” ungkap Aya. Di MB 2019 di Parepare kala itu memang ada performancearts ma’dange dari seniman kuliner, Muslimin Mursalim yang tampil di sesi pembukaan. Aya yang semula memaknai kesenian tak lepas dari didaktik pendidikan seni di sekolah formal merasa heran dengan perilaku kesenian yang ditampilkan di MB. 

Halim HD pernah menuliskan kalau apresiasi kesenian sangat ditunjang dari latar sosial. Anak nelayan di pesisir, tulis Halim, sangat mungkin mengapresiasi musik dangdut, demikian halnya anak yang hidup dalam kultur pertanian akan memberikan respek atas seni tradisi yang tumbuh di lingkungannya. 

Setali tiga uang dengan apa yang semula dirasakan Rani. Kesempatan memahami kesenian lebih dalam dan holistik kemudian diperoleh ketika terlibat dalam Karya Normal Baru program kerjasama tiga biennale: Jakarta Biennale, Biennale Yogyakarta, dan Makassar Biennale pada 2020. 

Merespons itu, Jimpe menyampaikan jika tim Pangkep mulai terlibat di MB pada 2021 juga bermula dari Karya Normal Baru. Afdhal AB, dari Rumah Saraung, kolaborator MB di Pangkep, berjarak sekitar 50 km di sisi utara Makassar, mengungkapkan hal serupa jika keterlibatan di MB semula dari ajakan dan merasakan kegembiraan tersendiri mengerjakan hal-hal untuk menunjang perhelatan MB di Pangkep.

Melalui Kelas Terbang yang merupakan bagian dari program MB 2023. Afdhal, Rani, dan Aya bersama Jimpe dan Fitriani A Dalay (Piyo) berkesempatan menyambangi Yogyakarta pada pekan kedua Januari lalu. Di sana mereka bertukar pikiran dan menyerap proses kreatif dari sejumlah tokoh baik yang bergerak di dunia kesenian atau di pendidikan kerakyatan. Berjumpa dengan Totok Raharjo dan Sri Wahyaningsih dengan Sekolah Alam-nya (SALAM), berdiskui lebih intim di Insist bersama Roem Topatimasang, juga mengunjungi Arham Rahman yang mengelola Galeri Lorong, serta berbincang dengan Wok The Rock di Mes56.

Hasilnya kemudian, Rani, Aya, dan Afdhal semakin memahami jika MB itu mendorong kesenian melalui wacana dengan produksi pengetahuan sedangkan biennale yang lebih dulu seperti Jakarta Biennale dan Biennale Yogyakarta lebih pada produksi yang menampilkan karya.

“MB ini memang pendekatannya dari bawah,” tukas Jimpe disela paparan peserta rapat yang berlangsung hingga pukul sebelas malam itu. Hamriah dan Sul yang turut tergabung di tim kerja Pangkep di MB 2023 ini ditandai dengan keterlibatannya dalam penelitian, tampak pula mulai memahami seperti apa itu MB melalui metode penelitian yang dijalani.

“Saya diajak untuk ikut meneliti dan menulis. Sebagai mantan wartawan yang fokus pada berita kriminal tentu saya pertanyakan seperti apa metode penulisannya. Oleh Daus disampaikan jika menulis mi saja. Setelah saya jalani rupanya seperti ini,” papar Hamriah.

Sul, ketika kuliah dulu sudah tidak asing dengan penelitian. Hanya saja ketika terlibat di MB, ia mendapat pengetahuan baru mengenai penelitian berbasis warga. “Saya seperti memulai lagi dari awal meski dulu saya juga sering meneliti, tetapi sifatnya sangat akademik,” imbuhnya.

Hasil penelitian dari lima kota itulah yang kemudian menjadi pengantar bagi seniman yang akan melakukan residensi di masing-masing kota untuk merespons isu yang diteliti seperti Makassar dengan isu reklamasi, Nabire menguliti migrasi manusia yang datang ke Nabire mengisi kawasan pemukiman, Parepare berjalan ke masa lalu melihat bagaimana geliat kota tua, dan Labuan Bajo meneropong geliat pariwisata.

Jimpe memberikan bocoran jika residensi di Pangkep akan diisi seniman, yang salah seorangnya adalah seorang komikus. “Saya sudah bertemu dan memberikan buku Yang Hilang Ditelan Kuasa supaya dia baca agar nantinya ketika menjalani residensi sudah ada gambaran awal buatnya,” ucapnya.

Buku bertajuk Yang Hilang Ditelan Kuasa (Makassar Biennale, 2022) Selain merekam peristiwa gelaran Makassar Biennale 2021 di Pangkep, buku ini juga menyajikan tawaran cara pandang dalam membincangkan kembali pegunungan karst yang membentang dari Maros ke Pangkep. 

 

 

Secara tematik Nurhady Sirimorok, Maharani Budi, Loui Buana, dan Ahmad Nirwan Arsuka menawarkan bentuk pembacaan yang dapat menunjang literasi kita guna membincangkan kembali posisi dan peran kawasan karst dalam ekosistem ekologis dan kebudayaan.

Temuan arkeologis berupa lukisan cadas yang melekat abadi di dinding gua menunjukkan praktik kebudayaan di masa yang jauh, 40 ribuan tahun lalu (deep time) yang kemudian menggemparkan tatanan masyarakat ilmiah dan artistik dunia.

Karst ini tetap menjadi isu yang terus didenyutkan di Pangkep, karena itulah penelitian yang dilakukan tim kerja Pangkep tetap menyasar karst melalui sumur sebagai pintu masuk untuk memahami lebih luas semesta karst.