Minimarket: Masa-Masa Gerah Di Tahun Naga

Inilah laporan hasil penelusuran tim Media Ekonomi Unhas (Universitas Hasanuddin), terkait beberapa kejadian seputar deretan toko swalayan yang memarak di Makassar. Singkat kata: selamat membaca!

SENIN, 23 Januari 2012, menjadi mula merebaknya perampokan minimarket di kota Makassar. Pukul 04.30 wita pemuda bertopeng berhasil mengondol uang Rp 1,8 juta dari Indomaret di kawasan Boulevard, Panakkukang. Belum berakhir semester pertama Tahun Naga ini, sudah ada 11 kali toko swalayan milik Alfarmart, Alfaekspress, serta Indomaret yang mengalami kejadian nahas semacam itu.

Giliran Alfamart menjadi sasaran sehari berselang. Polisi tidak berkutik mengantisipasi kejadian ini. Target pencurian juga di sekitaran Panakukang. Perampok bertopeng beraksi lagi sekitar pukul 01.00 dini hari. Mereka membawa kabur uang tunai Rp 750 ribu. Bukan cuma itu, barang milik karyawan—seperti ponsel, jam tangan, hingga dompet pekerja yang berjaga—pun jadi sasaran!

Memanfaatkan momentum lemahnya sistem keamanan bisnis ritel modern, Rabu (25/1) kembali gerai Alfamart menjadi target. Jalan Batua Raya masih ramai pada malam yang baru menunjukan pukul 10 malam lewat. Tapi itu tidak mengurungkan niat para pelaku bertopeng. Karyawan toko selalu saja ikut menjadi korban. Dua unit telepon genggam mereka gasak ditambah uang tunai Rp 2 juta, plus empat pak rokok.

Kejadian serupa lalu tampak bergeser ke daerah Landak Baru. Alarm anti maling tak berdaya menghentikan perampokan malam itu. Meja kasir gerai usaha yang sebelumnya bernama Alfa Minimart kehilangan uang Rp 1 juta ketika dua orang berpenutup muka mengancam karyawan. Kejadian ini sekaligus menutup perampokan minimarket selama Januari 2012.

Penempatan polisi berpakaian preman di titik rawan (pengamanan tertutup) tak berarti. Toko 24 jam Indomaret di Jalan Veteran Selatan menjadi sasaran pria bersenjata, yang berhasil merampas uang tunai Rp 2 juta. Peristiwa ini menjadi cacatan kriminal awal bulan kedua 2012.

Walau tak sebanyak Indomaret dan Alfamart, namun seluruh kios Alfa Express yang buka hingga 24 jam, menjadi target empuk perampok bertopeng. Lokasi unit usaha milik PT Midi Utama di Jalan Sunu, yang berjarak 100 meter dari Kantor Polsek Bontoala, tak menggetarkan pelaku. Tanggal 7 Februari, sekisar pukul 01.00 Wita, pria bersenjata mengobrak-abrik meja kasir dan menggondol Rp 647.500. Si perampok tak lupa mengambil sembilan pak rokok bermacam merek. Ada yang khas dalam aksi seperti ini: selain uang, rokok selalu menjadi sasaran utama.

Keengganan manajemen minimarket berjejaring untuk memakai jasa pengamanan agaknya membantu menyuburkan aksi kejahatan di malam hari. Karyawan yang tinggal di dalam toko bertugas ganda menjadi tenaga pengaman. Saling lempar tanggungjawab terkait keamanan pun terjadi. Pihak kepolisian merasa tak sanggup mengawasi seluruh gerai usaha ritel 24 jam. Cakrawala, mengutip Kepala Satuan Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Himawan Sugeha, menyebut, pihaknya tidak bisa memantau toko yang buka 24 jam karena merupakan hak pemilik. “Paling tidak kita hanya membantu memberikan pengamanan dan pelayanan,” kata perwira menengah ini.

Himawan menyebutkan secara rinci jumlah toko minimarket di Makassar, sebagai berikut: Alfamart 69 unit, Alfaekspress 27 unit, Alfamidi 27 unit, dan Indomaret 28 unit.

Pada pekan kedua Februari 2012, Indomaret di kawasan ramai seperti Pengayoman disatroni maling yang mengunakan helm standard serta penutup wajah. Uang senilai Rp 2 juta dibawa kabur. Para pelaku belum satu pun berhasil ditangkap (ketika laporan ini dirampungkan, Red.). Dari rekaman kamera milik beberapa toko, perampok ditengarai orang yang sama.

Seorang karyawan Indomaret yang bertugas ketika kejadian, sempat melihat rekaman pelaku di Alfamart Toddopuli. Ciri fisiknya sama dengan pria bersenjata yang mengancamnya. Pakaiannya pun sama. “Di sweater-nya ada tulisan China 1402,” katanya. Karyawan yang juga kepala toko ini memilih berpindah tugas ke gerai yang tutup lebih cepat.

Setelah polisi berhasil menangkap seorang pelaku beralias Ringgo pada akhir Januari 2012, bulan Maret hampir tidak terjadi perampokan minimarket di Kota Daeng. Ringgolah, menurut keterangan polisi, yang sebelumnya bereaksi di tiga tempat: 23 Januari di Indomart Jl Boulevard, 24 Januari Alfamart Jl Toddopuli, dan 25 Januari di Alfamart Jl Batua Raya Makassar.

Memasuki akhir kuartal pertama pada 2012, terjadi lagi perampokan minimarket. Indomaret di Jalan Gunung Bulusaraung menjadi sasaran. Pelaku mengasak uang tunai Rp 2,5 juta. Kejadian 23 April menandai maraknya lagi pencurian bersenjata. Tiga hari kemudian, 26 April, pria bertopeng merampas Rp 1,5 juta dari laci kasir Indomaret di Jalan Andi Tonro. Tak lupa perampok membawa kabur rokok berbagai merk.

Memasuki Mei berita sejenis nyaris sepi. Hingga pertengahan bulan tak ada kabar. Begitu tanggal 19 Mei, perampokan terjadi di dua lokasi berbeda. Sasarannya: Alfamart Biringkanaya dan Indomaret Boulevard. Tiga perampok membawa lari duit Rp 722 ribu dari Alfamart. Indomaret sendiri harus merelakan 20 bungkus rokok serta uang tunai Rp 2 juta.

Penutup wajah dan senjata tajam menjadi ciri khas para pelaku. Tempo.co edisi 20 Mei melansir, Heri, karyawan Indomaret mengatakan saat merampok pelaku mengancamnya dengan parang panjang. Tak berapa lama polisi berhasil menciduk pelaku perampokan Indomaret Biringkanaya. Si pelaku bahkan diganjar timah panas. Kaki kirinya membusuk. Menurut kabar, kakinya harus diamputasi.

AKANKAH berhenti penangkapan perampok usaha ritel 24 jam, sehingga keselamatan serta keamanan karyawan bisa terjamin? Pemerintah yang memberi izin besar kepada pembukaan usaha minimarket seperti merakit ‘bom waktu’ fenomena sosial baru ini. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Makassar setahun terakhir menerbitkan 1.994 izin usaha baru.

Risiko besar yang mengintai usaha ritel yang buka sampai tengah malam. Bahkan menjadi momok bagi para pekerja. Abainya para pemilik usaha mengantisipasi dampak-dampak yang bisa muncul, menempatkan karyawan sebagai pihak yang paling merugi. Nyawa mereka menjadi taruhan. Kadang kerugian material bukan hanya dialami perusahaan. Uang serta benda-benda pribadi milik penjaga jadi sasaran rompak.

Menurut Widyastuti, psikolog dari Universitas Negeri Makassar (UNM), dampak keamanan seharusnya dipikirkan oleh pemilik minimarket sebelum membuka usaha. Sebaiknya menempatkan sekuriti, setidaknya, pekerja yang giliran kerja (shift) malam harus dibekali keterampilan-keterampilan tertentu demi mengantisipasi perampokan. “Minimal diajarkan bela diri, misalnya,” saran Widyastuti.

Pasti berbeda dengan mereka yang sudah dibekali dengan keterampilan bela diri. Meski tidak akan membela yang seperti seharusnya, tetapi setidaknya, kata Widya, demi penyelamatan diri. Dengan demikian, karyawan minimarket bisa lebih siap, menghadapi hal-hal yang tak diinginkan terjadi. “Nah, kalau dia sendiri tidak disiapkan untuk itu, pastinya dia ‘kan juga ada rasa was-was,” paparnya.

Tim Media Ekonomi berhasil menemui salah seorang karyawan minimarket yang menjadi korban perampokan. Ia mengaku bersedih karena perlakuan manajemen tempatnya bekerja yang malah menyalahkannya.

Kondisi psikologis yang sempat menurun malah tidak ditangani pihak manajemen. Perlakuan perusahaan malah membuat kondisi mentalnya memburuk. Seminggu setelah kejadian dia baru bisa masuk kerja. Itu pun, berdasarkan pengakuan si karyawan, dengan potongan masa cuti—tanpa kompensasi hari libur demi mengembalikan keadaan mentalnya.

Berdasarkan pengakuan si karyawan, selain kejadian seperti yang dibeberkan di awal-awal tulisan, kerugian pencurian pun harus mereka yang tanggung (sebagai bentuk pertanggungjawaban).

“Mana ada perusahaan yang mau rugi. semua ditimpakan ke karyawan,” katanya.[]